Monumen Pancasila Sakti : Menelusuri Sejarah dan Latar Belakangnya

Filsafat Pancasila

Monumen Pancasila Sakti – Monumen adalah jenis bangunan yang menjadi salah satu bukti sejarah seorang tokoh atau peristiwa penting yang terjadi pada masa lalu. Salah satu monumen paling bersejarah di Indonesia adalah Monumen Pancasila Sakti. Berdirinya bangunan ini tidak terlepas dari tragedi yang terjadi pada tahun 1965 silam. Peristiwa ini lebih dikenal sebagai peristiwa Gerakan 30 September 1965 /Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, peristiwa pemberontakan G30S/PKI terdengar tidak asing lagi di telinga. G30S/PKI itu sendiri merupakan suatu bentuk usaha untuk mengubah dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yakni pancasila menjadi ideologi komunis. Meskipun begitu, usaha untuk mempertahankan Pancasila melalui semangat kebersamaan mampu menegakkan NKRI.

Semangat juang rakyat Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, pada akhirnya menjadikan segala upaya PKI mengalami kegagalan. Maka dari itu, pemerintah menetapkan setiap tanggal 01 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Kemudian, dibangunlah Monumen Pancasila Sakti yang diresmikan bertepatan dengan hari kesaktian pancasila yaitu pada tanggal 01 Oktober 1972 oleh Presiden Soeharto.


Lokasi Monumen Pancasila Sakti

Lokasi Monumen Pancasila Sakti

Lokasi Monumen ini berada di Kota Jakarta Timur, tepatnya di Jl. Pondok Gede kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung. Lokasinya berbatasan dengan sungai suntet pada bagian sebelah timur, dan berbatasan dengan Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma di bagian sebelah utara.

Berbatasan dengan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada bagian selatan, dan berbatasan dengan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia di sebelah selatannya

Akhirnya, melalui Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.007/MKP/05, situs sejarah monumen ini diakui sebagai salah satu situs Cagar Budaya Kelas A.


Sejarah Berdirinya Monumen Pancasila Sakti

Sejarah Berdirinya Monumen Pancasila Sakti

Menjamurnya para kader PKI di Indonesia memicu terjadinya pemberontakan-pemberontakan dan teror pembunuhan. Ambisi PKI untuk mengubah dasar negara negara menjadi komunis itu bertentangan dengan pancasila. Berbagai upaya untuk menggantikan dasar ideologi pancasila juga dilakukan dengan cara legal yaitu dengan menguasai Komite Nasional Indonesia, baik di tingkat daerah maupun tingkat pusat.

PKI juga melakukan berbagai pemberontakan yang menelan banyak korban, pemberontakan pertama pada tanggal 18 September 1948, dan mengalami kegagalan. Selanjutnya, disusul dengan pemberontakan kedua pada tanggal 30 September 1965, yang dikenal dengan Gerakan Tiga Puluh September (G30S/PKI).

Berdasarkan peristiwa pemberontakan PKI tahun 1948 dan 1965, indonesia sepakat bahwa komunisme itu bertolak belakqng dengan pancasila sehingga perlu diwaspadai. Dengan kewaspadaan itulah, maka dibangun monumen yang menyajikan pengkhianatan PKI hingga penumpasannya oleh rakyat Indonesia bersama ABRI.

Baca Juga: Filsafat Pancasila


Bukti-bukti Sejarah Monumen Pancasila Sakti

Bukti Bukti Sejarah Monumen Pancasila Sakti

Setiap situs sejarah mempunyai bukti-bukti yang menunjukkan suatu peristiwa pada masa lampau. Begitu pula dengan Monumen Pancasila Sakti yang juga menyimpan berbagai bukti-bukti sejarah. Monumen ini dibangun dengan menyertakan kejadian yang ingin disampaikan kepada generasi penerus di masa depan, diantranya:

1. Museum Pengkhianatan PKI

Di dalam Museum Pengkhianatan PKI, pintu masuknya terdapat koleksi foto pemberontakan PKI. Museum ini menceritakan sejarah pemberontakan PKI mulai dari pemberontakan pertama (1948) maupun pemberontakan kedua (1965) hingga penumpasannya.

2. Sumur Lubang Buaya

Sumur Lubang buaya dijadikan tempat membuang jenazah ketujuh pahlawan revolusi yaitu Ahmad Yani, Donald Isaaccus Panjaitan, M.T. Haryono, Pierre Andreas Tandean, Siswandono Parman, Suprapto, dan Sutoyo Siswomiharjo. Ketujuh pahlawan revolusi tersebut ditemukan di sumur tua daerah lubang buaya, lokasinya tidak jauh dari Lapangan Terbang Halim Perdana Kusuma.

3. Rumah Penyiksaan

Inilah lokasi inti di mana proses penyiksaan terhadap ketujuh pahlawan revolusi terjadi. Para pahlawan revolusi tersebut disiksa dengan kejam. Tujuannya adalah agar mereka mau menandatangani surat dukungan terhadap komunisme di Indonesia. Para pahlawan ini dianggap sebagai tokoh kunci demi mensukseskan gerakan komunis pada waktu itu.

4. Pos Komado

Tempat ini dipakai proses perencanaan penculikan terhadap tujuh pahlawan revolusi oleh Pimpinan G30S/PKI, Letkol Untung.

5. Museum Paseban

Di dalam ruangan ini terdapat beberapa drama seperti rapat persiapan pemberontakan, penganiayaan di lubang buaya, hingga pengangkatan jenazah pahlawan revolusi. Bahkan sampai penindakan pelarangan PKI.

6. Ruang Relik

Di sini menjadi tempat dipamerkannya barang-barang seperti pakaian saat diculik, hasil visum dari dokter, dan alat bantu pernapasan saat pengangkatan jenazah. Selain yang disebutkan di atas, sebenarnya masih banyak bukti-bukti sejarah pendirian monumen tidak bisa disebutkan.

Baca Juga: Pengamalan Pancasila


Makna Nilai Simbolik Bangunan

Makna Nilai Simbolik Bangunan

Pembangunan Monumen Pancasila Sakti tentu memiliki makna simbolik pada setiap unsur bangunannya. Adapun nilai-nilai simbolik bangunan di Komplek Monumen Pancasila adalah sebagai berikut.

1. Lapangan Sapta Marga

Lapangan Sapta Marga adalah lapangan rumput hijau yang digunakan untuk memperingati Upacara Hari Kesaktian Pancasila. Di tempat ini terdapat pagar batu sepanjang tiga puluh meter yang menggambarkan makna tanggal 30 September 1965 kala itu. Ada juga deretan tujuh belas batang pohon di pinggir lapangan, hal itu bermakna tanggal 17 kemerdekaan RI.

Di lapangan ini juga dilengkapi tiang bendera berketinggian 7 meter, yang bermakna tujuh pahlawan revolusi. Lalu, jarak antara tiang bendera dengan lubang sumur berjarak sejauh 45 meter, yang berarti kemerdekaan Indonesia Tahun 1945.

2. Cungkup Sumur Maut

Cungkup sumur maut merupakan bangunan rumah joglo yang dibangun diatas sumur maut. Terdapat empat tangga didalamnya, berarti keempat angkatan bersenjata RI yaitu AD, AL, AU, dan Kepolisian.

Pada cungkup sumur maut ini disanggah empat buah tiang dengan ukiran yang masing-masing memiliki makna. Lidah api yang bermakna semangat perjuangan, keris berlekuk tujuh bermakna ketujuh pahlawan revolusi, bunga yang bermakna kusuma bangsa, garuda yang bermakna keagungan dan kejayaan.

Pada dasarnya, inti makna ukiran tersebut adalah mengenang kembali semangat perjuangan pahlawan revolusi yang merupakan bukti nyata kekuatan bangsa Indonesia. Di mana para pahlawan yang telah gugur sebagai kusuma bangsa dalam mempertahankan keagungan dan kejayaan tanah air Indonesia.

3. Monumen Pancasila Sakti

Monumen Pancasila Sakti adalah tugu memperingati Kesaktian Pancasila, dan mengenang jasa pahlawan revolusi Indonesia. Terdapat tujuh patung pahlawan revolusi yang berjejer membentuk setengah lingkaran dari timur ke barat. Juga terdapat relief yang menggambarkan pemberontakan G30S/PKI di bawah judul patung.

Baca Juga: Demokrasi Pancasila


Memaknai Hari Kesaktian Pancasila dan G30S/PKI

Memaknai Hari Kesaktian Pancasila Dan G30S PKI

Setelah mengenal sejarah berdirinya monumen, kemudian melihat makna-makna simbolik pada bangunannya. Sekarang saatnya memaknai peristiwa dibalik pendirian situs sejarah tersebut. Peristiwa tersebut terfokus pada dua kejadian, yaitu G30S/PKI dan Hari Kesaktian Pancasila. Kedua peristiwa tersebut menjadi beriringan pada alur sejarah yang sama.

Oleh karena itu, peristiwa sejarah tersebut dapat dijadikan kajian historis dan menimbulkan perspektif atau cara pandang yang berbeda. Meskipun begitu, peristiwa sejarah ini dapat menjadi bahan untuk pengaplikasian ideologi Pancasila dalam kehidupan masyarakat agar meningkatkan semangat kebersamaan yang berlandaskan Pancasila.

Keberadaan Monumen Pancasila Sakti pada hakikatnya bertujuan untuk mengenang sejarah Hari Kesaktian Pancasila dan mengenang serta menghormati jasa para pahlawan revolusi Indonesia. Selain itu, generasi muda sebagai penerus bangsa diharapkan mampu mengambil dan mengamalkan nilai-nilai positif dari pengalaman sejarah panjang bangsa Indonesia, khususnya pada sejarah situs monumen kesaktian pancasila.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *