Metode Waterfall – Sebagian besar masyarakat Indonesia pasti ada yang belum pernah mendengar istilah metode air terjun atau waterfall model. Perlu diketahui bahwa metode waterfall ini sering ditemukan pada perkembangan perangkat lunak.
Sebagian orang ada yang menyebut metode ini dengan sebutan metode air terjun. Metode air terjun atau waterfall model ini pertama kali ditemukan oleh Winston Royce pada tahun 1970. Bagi yang ingin tahu tentang metode air terjun atau waterfall model ini, berikut adalah beberapa penjelasannya.
Pengertian Metode Waterfall
Metode atau model waterfall ini adalah sebuah metode klasik yang mempunyai sifat sistematis dan mempunyai urutan dalam membangun software. Nama lain dari metode ini adalah Linear Sequential Model. Perlu diketahui bahwa metode air terjun atau waterfall model ini sering dianggap sebagai metode yang sudah kuno.
Walaupun begitu, sampai sekarang ini metode waterfall merupakan sebuah metode yang paling sering digunakan dalam urusan pengembangan perangkat lunak. Berbeda dengan metode-metode yang lain, metode air terjun atau waterfall model ini dapat melakukan pendekatan secara sistematis dan berurutan.
Banyak yang bertanya mengapa dinamai metode air terjun atau waterfall model. Hal tersebut dikarenakan setiap tahap demi tahap harus dilakukan setelah tahap sebelumnya selesai. Tahap-tahap yang ada dalam metode ini selalu berjalan secara berurutan dan sistematis.
Tahap-Tahap Yang Ada Dalam Metode Waterfall
Perlu diketahui bahwa dalam pengembangan perangkat lunak menggunakan metode waterfall ini terdapat beberapa tahapan-tahapan yang sangat penting. Bagi yang ingin tahu tentang tahapan-tahapan yang ada dalam metode waterfall, berikut adalah penjelasannya :
1. Requirement Analisis (Analisis Kebutuhan)
Jadi sebelum memulai sebuah pekerjaan yang sifatnya teknis, alangkah baiknya untuk melakukan komunikasi terlebih dahulu kepada si pengguna. Komunikasi tersebut bertujuan agar si pengguna dapat memahami dan mencapai sesuatu yang diinginkan.
Isi dari komunikasi tersebut antara lain menganalisa sebuah permasalahan yang ada, mengumpulkan beberapa data yang diperlukan, mengidentifikasi fitur dan fungsi dari sebuah software. Nantinya pengumpulan beberapa data-data tambahan tersebut dapat berasal dari internet, artikel dan jurnal.
Baca Juga: Metode Penelitian
2. Planning (Perencanaan)
Tahap selanjutnya yang ada dalam proses pengembangan perangkat lunak adalah perencanaan. Dalam tahap perencanaan ini, nantinya akan membahas tentang estimasi tugas-tugas yang akan dilakukan, sumber daya yang dibutuhkan dalam mengembangkan perangkat lunak, risiko-risiko yang kemungkinan terjadi dan produk yang ingin dihasilkan.
Dalam tahap perencanaan ini, semua pembahasan dibahas dengan sangat teliti agar hasilnya memuaskan. Selain itu, dalam tahap perencanaan ini juga nantinya akan membahas jadwal kerja yang harus dilaksanakan dan tracking proses pengerjaan sebuah sistem.
3. Modelling (Perancangan)
Tahap yang ketiga dalam metode waterfall ini dinamakan tahap modelling atau tahap perancangan. Perlu diketahui bahwa dalam tahap ini, seseorang nantinya akan melakukan perancangan dan permodelan sistem.
Perancangan dan permodelan tersebut nantinya akan berfokus pada arsitektur perangkat lunak, perancangan struktur data, alogaritma program dan tampilan program. Tahapan yang satu ini memiliki tujuan yakni untuk memahami lebih dalam lagi tentang gambaran besar dari apa yang sedang dikembangkan.
4. Construction (Coding Dan Testing)
Dalam metode waterfall ini terdapat sebuah tahap bernama construction, dimana tahap ini adalah sebuah proses yang melakukan penerjemahan dari bentuk desain ke bentuk kode. Kode tersebut merupakan bahasa yang nantinya akan dapat dibaca oleh sebuah mesin.
Jika proses penerjemahan dalam bentuk kode tersebut selesai, maka yang harus dilakukan ialah pengujian sistem dan juga kode yang sudah dibuat. Tujuan dari pengujian tersebut adalah agar nantinya seseorang dapat mengetahui letak kesalahan yang mungkin dapat terjadi. Jika ada kesalahan, maka seseorang tersebut akan memperbaiki terlebih dahulu sebelum lanjut ke tahap berikutnya.
5. Deployment
Perlu diketahui bahwa tahap deployment merupakan sebuah tahap implementasi perangkat lunak kepada si pengguna. Selain itu, dalam tahap deployment ini juga terdapat proses perawatan perangkat lunak secara rutin, evaluasi perangkat lunak, perbaikan perangkat lunak dan pengembangan perangkat lunak.
Pengembangan perangkat lunak tersebut dapat dilakukan berdasarkan dengan adanya umpan baik yang diberikan. Hal tersebut tentunya bertujuan agar sebuah sistem dapat terus berjalan dan berkembang sesuai dengan kegunaannya.
Baca Juga: Metode Prototype
Kelebihan Metode Waterfall
Sampai saat ini, metode air terjun atau waterfall model sering digunakan dalam proses pengembangan sebuah perangkat lunak. Hal tersebut dikarenakan, metode yang satu ini mempunyai banyak kelebihan yang dapat memuaskan si pengguna. Berikut adalah beberapa kelebihan dari metode waterfall
- Proses dalam metode ini lebih terstruktur, jadi software yang dikembangkan akan memiliki kualitas yang bagus dan akan tetap terjaga kualitasnya.
- Penjadwalan menjadi lebih menentu dan teratur, karena jadwal dapat ditentukan secara pasti. Jadi nantinya dapat mengetahui kapan selesainya pengembangan dari sebuah program.
- Metode ini memiliki urutan yang pasti, jadi nantinya seseorang dapat melihat secara pasti perkembangan dalam setiap tahapnya.
- Metode ini memiliki dokumen yang sangat lengkap, jadi nantinya proses pemeliharaan dapat dilakukan dengan mudah dan juga cepat.
- User sangat diuntungkan karena dapat menyiapkan dan merencanakan kebutuhan data yang dibutuhkan sejak dari awal.
Dengan adanya kelebihan-kelebihan tersebut, membuat banyak orang menggunakan metode ini untuk urusan pengembangan sebuah perangkat lunak. Metode ini mempunyai tahapan yang terstruktur dan berurutan. Hal itulah yang membuat metode ini sangat digemari banyak orang.
Baca Juga: Metode Penelitian
Kelemahan Metode Waterfall
Walaupun memiliki banyak kelebihan, metode ini juga ternyata memiliki kelemahan. Namun jangan khawatir dengan kelemahan-kelemahan yang ada dalam metode ini, karena kelemahan tersebut nantinya dapat diatasi. Bagi yang ingin tahu tentang kelemahan dari metode ini, berikut adalah penjelasannya :
- Metode ini memiliki sifat yang kaku, jadi sangat terasa sulit jika ingin melakukan perubahan pada setiap proses. Apabila ada kesalahan atau kekurangan pada tahap sebelumnya, maka mau tidak mau tahap pengembangan harus dimulai dari awal lagi. Hal tersebut tentunya akan memerlukan waktu yang cukup lama. Jika nantinya ada permintaan tambahan dari user, maka proses pengembangan perangkat lunak harus diulang dari awal lagi.
- Dalam prosesnya selalu membutuhkan daftar kebutuhan yang lengkap sejak awal. Hal tersebut bertujuan agar tidak ada pengulangan tahap dari awal. Jadi seorang user harus benar-benar memberikan semua prosedur, data dan laporan yang ada.
- Seorang user tidak dapat mengoperasikan sebuah sistem sebelum sistem tersebut benar-benar selesai.
- Pengiriman sebuah perangkat lunak akan terjadi cukup lama. Hal tersebut dikarenakan, departemen tidak dapat bekerja secara bersamaan. Selain itu setiap tahap dapat dimulai jika tahap sebelumnya sudah benar-benar selesai.
- Konflik, bug dan beberapa kesalahan sebuah program terkadang dapat menyebabkan kenaikan biaya dan waktu. Hal tersebut tentunya akan membuat klien merasa kurang puas.
Untuk dapat mengatasi beberapa masalah diatas, maka seseorang harus teliti dan hati-hati dalam menggunakan metode yang satu ini. Selain itu, untuk dapat mengatasi kelemahan tersebut seseorang dapat memodifikasi tahapan sebuah proyek pengembangan perangkat lunak. Jadi tidak perlu khawatir jika ingin menggunakan metode yang satu ini.
Itu tadi merupakan beberapa penjelasan tentang pengertian, tahapan, kelebihan dan kelemahan pada metode waterfall. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode ini sangat cocok digunakan untuk proyek-proyek pembuatan sistem yang baru. Selain itu metode ini juga sangat cocok untuk proyek pengembangan perangkat lunak dengan tingkat risiko yang kecil.