Mengajarkan Anak Berperilaku Baik Melalui Cerita Legenda

Cerita legenda, biasanya berisi tentang asal mula suatu tempat maupun kepercayaan tertentu yang juga memiliki pesan moral.

Biasanya di dalam cerita, akan terdapat tokoh yang baik dan tokoh yang kurang baik.

Tokoh yang baik akan mengalami hal-hal yang indah pada akhir cerita dan sebaliknya, tokoh yang berwatak kurang baik akan mengalami nasib yang menyedihkan pada akhir cerita.

Cerita legenda, sangat cocok untuk diceritakan sebagai pengantar tidur anak-anak.

Selain sebagai hiburan, anak-anak juga akan mendapat pelajaran dan motivasi untuk berbuat kebaikan seperti yang dilakukan oleh tokoh berwatak baik pada cerita legenda.

Segala hal ajaib yang terjadi di dalam cerita, akan mempengaruhi khayalan anak dan membuatnya semakin tertarik dengan cerita tersebut.

Lalu, apa saja cerita legenda yang dapat kita ceritakan untuk mengajarkan anak berperilaku baik?


1. Sangkuriang

1. Sangkuriang

Zaman dahulu, hiduplah seorang putri yang cantik bernama Dayang Sumbi.

Kecantikannya begitu tersohor hingga banyak para bangsawan yang hendak meminang dirinya.

Namun, semua lamaran tersebut ditolaknya sehingga membuat para lelaki yang ditolaknya itu berperang satu sama lain.

Hatinya sedih melihat hal tersebut.

Ia meminta kepada sang ayah, Raja Sumbing Perbangkara, untuk mengasingkan diri.

Dayang Sumbi pun mengasingkan diri di sebuah bukit dengan ditemani oleh seekor anjing bernama Tumang.

Dalam pengasingan tersebut, Dayang Sumbi menghabiskan waktu dengan menenun.

Suatu saat, benang tenunnya jatuh dan ia sangat malas untuk mengambilnya.

Ia pun berujar apabila ada seorang laki-laki yang mengambilkan benangnya, maka akan dinikahinya, sedangkan jika perempuan akan dijadikannya saudara.

Betapa terkejutnya Dayang Sumbi ketika yang mengambilkan gulungan tersebut adalah si Tumang.

Namun, ia tetap menepati janjinya.

Tak disangka, Tumang adalah penjelmaan seorang dewa yang akan berubah wujud menjadi pria tampan saat bulan purnama saja.

Setelah menikah, setahun kemudian lahirlah seorang anak yang diberi nama Sangkuriang.

Anak tersebut tumbuh menjadi seorang yang cerdas dan pandai memanah.

Suatu hari, sang ibu menyuruhnya berburu rusa di hutan karena ia ingin sekali makan hati rusa.

Sangkuriang sudah berburu seharian tapi tak satu pun hewan buruan bisa ia dapatkan.

Karena suatu hal, ia begitu kesal kepada Tumang.

Dipanahnya anjing itu dan diambil hatinya untuk diberikan kepada sang ibu.

Dayang Sumbi sangat marah saat mengetahui bahwa anak lelakinya telah membunuh ayahnya sendiri.

Ia memukul Sangkuriang dengan centong hingga membekas dan mengusirnya.

Hingga beberapa tahun kemudian, Dayang Sumbi bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Jaka.

Pemuda tersebut terpesona akan kecantikannya dan ingin memperistrinya.

Dayang Sumbi akhirnya menyadari bahwa Jaka adalah anaknya yang ia usir dulu setelah mengetahui bekas luka di kepalanya.

Saat diberi tahu, Sangkuriang tidak percaya begitu saja.

Mana mungkin Ibunya masih muda… Ternyata, Dayang Sumbi masih muda karena pernah memakan hati Tumang.

Karena tetap keras kepala, akhirnya perempuan itu mengajukan syarat untuk dibuatkan perahu beserta danau dan harus selesai sebelum matahari terbit.

Saat tengah malam, ia melihat pekerjaan Sangkuriang dan ia kaget karena ternyata Sangkuriang sangat sakti dan hampir menyelesaikannya.

Wanita cantik tersebut gelisah lalu meminta bantuan kepada warga untuk menumbuk padi.

Ayam pun berkokok dan membuat makhluk halus yang membantu Sangkuriang pergi karena mengira hari sudah fajar.

Sangkuriang tahu akal Dayang Sumbi itu. Ia sangat marah hingga menjebol bendungan dan menendang perahu yang telah ia buat.

Perahu itulah yang kemudian dikenal sebagai Gunung Tangkuban Perahu.

Cerita di atas berisi tentang cerita asal mula terjadinya gunung Tangkuban Perahu secara singkat.

Dimana seperti yang kita ketahui saat ini, bahwa gunung Tangkuban Perahu merupakan salah satu objek parisiwata yang ada di Jawa Barat.

Dari cerita di atas kita dapat mengambil sebuah amanat bahwa rasa sabar sangatlah diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Cerita di atas menyampaikan bagaimana arti penting bersabar, dan tidak mengambil keputusan saat sedang marah.

Mengambil keputusan saat sedang marah dapat membuat kita menyesal dikemudian hari.

Contohnya, Sangkuriang membunuh tumang saat sedang kesal, dan Dayang Sumbi yang mengusirnya saat sedang marah.

Selain sikap sabar, kita juga harus rendah hati dan berlapang dada dalam menerima keputusan orang lain dengan tidak memaksakan keinginan kita pada orang lain.


2. Batu Menangis

2. Batu Menangis

Alkisah, hiduplah seorang gadis cantik yang hidup di sebuah desa bersama ibunya yang seorang janda.

Walaupun sangat cantik, tapi tabiatnya begitu buruk.

Kerjaannya hanya bersolek dan bermalas-malasan, tak pernah sedikit pun mau membantu ibunya.
Tak hanya pemalas, gadis tersebut juga sangat manja.

Apa yang ia mau, semuanya harus tersedia.

Dia tak mempedulikan ibunya yang harus yang kerja banting tulang hanya demi menuruti keinginannya.

Pada suatu hari, mereka berdua pergi ke pasar.

Para pemuda desa yang melihat gadis cantik itu terpesona akan kecantikannya.

Sungguh pemandangan yang kontras sekali ketika melihat ibunya yang berjalan di belakang si gadis.

Kemudian, mendekatlah seorang pemuda dan bertanya kepadanya apakah wanita yang di belakangnya itu ibunya.

Karena malu, gadis itu menjawab bahwa wanita tersebut bukan ibunya, melainkan pembantunya.
Sang ibu yang mendengar hal tersebut hanya bisa diam.

Tak hanya mengakui kalau sang ibu hanyalah seorang pembantu, sepanjang perjalanan pun ia diperlakukan sama seperti budak.

Mungkin kalau sekali atau dua kali sang ibu bisa memahami, akan tetapi banyak orang yang bertanya kepada gadis itu dan jawabannya masih sama.

Tentu saja hal itu membuat sang ibu sakit hati.

Tak dapat menahan diri, ibu tersebut berdoa.

Ia memohon kepda Tuhan untuk menghukum anaknya yang durhaka itu.

Doa sang ibu pun dikabulkan.

Tak lama setelah itu, badan gadis cantik tersebut perlahan-lahan menjadi mengeras menjadi batu.

Dengan sangat menyesal gadis itu menangis dan memohon ampun.

Namun sayang semuanya sudah terlanjur, permohonan maaf tersebut sudah tidak berguna dan ia tetap menjadi batu.

Cerita di atas berasal dari provinsi Kalimantan Barat.

Bagaimana perasaan yang muncul setelah membaca cerita di atas?

Sangat disayangkan bukan, anak yang dirawat dan dimanjakan justru menjadi seorang anak yang durhaka dan enggan mengakui ibu yang begitu menyayanginya.

Kecantikan yang dimiliki tidak turut mewakili sikapnya.

Cerita ini dapat kita sampaikan kepada anak-anak untuk mengajarkan betapa pentingnya sikap menghormati dan menghargai orang tua serta tidak boleh melawan kepada orang tua.

Orang tua adalah sosok yang sangat berjasa bagi anaknya, orang tua akan memberikan segala hal yang terbaik untuk sang anak.

Tidak hanya itu, dalam cerita di atas juga orang tua diingatkan agar tidak terlalu memanjakan anaknya.

Anak-anak mulai diajarkan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang ringan sedari kecil, agar saat dewasa ia telah terbiasa.

Hal tersebut juga penting sehingga dapat menumbuhkan rasa ingin membantu orang tuanya pada diri anak.


3. Cindelaras

3. Cindelaras

Dahulu Kerajaan Jenggala dipimpin oleh seorang raja yang disebut Raden Putra.

Raja tersebut mempunyai dua orang istri, sang ratu yang cantik dan seorang selir.

Sayang, hati sang selir dipenuhi dengan rasa iri dan dengki, sehingga ia berencana untuk menyingkirkan sang ratu.

Dengan dibantu oleh tabib kerajaan, sang selir berpura-pura sakit.

Tabib mengatakan kepada raja bahwa sang ratulah yang sengaja meracuninya.

Sang raja sangat marah ketika mendengarnya, lalu ia pergi menemui ratu.

Sang ratu tentu saja tidak mengakui perbuatannya ketika ditanya karena ia memang tidak melakukan apa-apa.

Namun, hati raja sudah tertutup.

Raja yang tidak bijak tersebut bahkan menyuruh pengawalnya untuk membunuhnya, padahal sang ratu sedang mengandung.

Sampai di hutan, pengawal tersebut tidak melaksanakan perintah, malah membangunkan sebuah rumah sederhana untuk sang ratu tinggal.

Sekembalinya dari hutan, pengawal tersebut membunuh seekor kelinci lalu mengoleskan darah itu pada pedangnya sebagai bukti ia telah membunuh ratu.

Ratu yang tinggal di hutan tersebut sudah melahirkan seorang bayi laki-laki dan diberinya nama Cindelaras.

Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang baik dan tampan.

Saat sedang membantu ibunya mencari kayu bakar, Cindelaras menemukan sebuah telur, dirawatnya telur tersebut hingga menetas.

Ternyata, ayam tersebut adalah ayam ajaib yang sangat kuat dan bisa berbicara.

“Tuanku adalah Cindelaras. Rumahnya di hutan. Dia adalah anak dari Raden Putra.” Begitu ucapnya berulang-ulang.

Mendengar itu, mau tidak mau sang ibu lalu menceritakan semuanya kepada Cindelaras.

Ia lalu meminta ijin untuk menemui ayahnya dan menceritakan semuanya.

Dalam perjalanan menuju Jenggala, ia diajak oleh beberapa orang untuk mengadu kehebatan ayam miliknya.

Tak hanya satu, ternyata ayam tersebut mampu mengalahkan puluhan ayam lain hanya dalam beberapa menit.

Berita tersebut sampai ke telinga Raden Putra dan ingin mengadu ayamnya dengan ayam Cindelaras.

Setelah diadu ternyata ayam Cindelaraslah yang menang.

Saat ayam tersebut berbicara, barulah raja menyadari bahwa ia mempunyai soerang anak yang ia buang.

Raja menyesal lalu meminta maaf dan menemui ratu untuk membawanya pulang.

Cerita di atas merupakan cerita legenda yang berasal dari Provinsi Jawa Timur.

Dalam cerita di atas kita diajarkan agar tidak mudah percaya dengan apa yang dikatakan orang lain.

Dalam mendengarkan orang lain kita haruslah mencari tahu kebenaran hal tersebut sebelum mengambil suatu keputusan salah yang dapat membuat kita menyesal dikemudian hari.

Selain itu janganlah berbohong seperti yang dilakukan sang tabib, karena itu dapat merugikan dan membuat orang lain menjadi kecewa dan menderita.

Selain itu, berbohong juga merupakan tindakan buruk yang harus di jauhi anak-anak sejak kecil.


4. Keong Mas

Seorang raja mempunyai dua orang putri cantik.

Nama kedua putri tersebut adalah Candra Kirana dan Dewi Galuh.

Namun, perangai kedua putri tersebut sungguh berbeda, Candra Kirana yang begitu baik sedangkan saudaranya begitu angkuh.

Suatu hari raja memberitahu bahwa seorang pangeran tampan bernama Inu Kertapati melamar Candra Kirana.

Mendengar hal tersebut timbulah rasa iri Dewi Galuh.

Gadis itu kemudian pergi menemui seorang penyihir untuk mengubahnya menjadi seekor keong.

Penyihir tersebut berhasil mengubah Candra Kirana menjadi seekor keong lalu membuangnya ke sungai.

Ia bisa berubah menjadi manusia lagi jika bisa menemukan cinta sejatinya.

Kemudian, keong emas ditemukan oleh seorang nenek yang sedang menjaring dan membawanya pulang.

Keesokan harinya ketika nenek kembali dari mencari ikan, ia melihat berbagai hidangan lezat tersaji di meja.

Tak hanya itu, rumahnya pun menjadi lebih bersih.

Kejadian tersebut terjadi berulang kali hingga membuat nenek penasaran.

Beberapa waktu kemudian, nenek berpura-pura untuk pergi bekerja namun kembali lagi tak lama kemudian.

Ternyata, yang membantunya selama ini adalah keong emas jelmaan seorang putri cantik yang dulu ia temukannya di sungai.

Dari situ, Candra Kirana menceritakan semua yang terjadi pada dirinya sehingga menjadi seekor keong.

Sementara itu, sang Pangeran pun tidak tinggal diam dan ikut mencari Candra Kirana yang tiba-tiba menghilang.

Dia mencari tanpa lelah hingga ke pelosok desa.

Hingga pada suatu hari ia kelelahan dan pergi ke salah satu rumah warga untuk meminta minum.

Alangkah terkejutnya ia ketika melihat Candra Kirana di sana.

Seketika itu juga kutukan Candra Kirana menghilang.

Kemudian, sang pangeran membawa Candra Kirana beserta sang nenek ke kerajaan.

Sang Penyihir dan Dewi Galuh pun mendapatkan hukumannya.

Candra Kirana dan Inu Kertapati kemudian menikah dan bahagia selamanya.

Cerita legenda di atas sangat cocok disampaikan kepada anak-anak, khususnya disampaikan oleh orang tua yang memiliki 2 orang putri.

Cerita di atas berasal dari Jawa Timur.

Dalam cerita di atas anak-anak diajarkan agar tidak iri hati, karena dapat menimbulkan hal-hal yang tidak baik.

Selain tidak boleh iri hati, kita juga diingatkan agar selalu bersyukur dan menerima apapun yang diberikan untuk kita.

Nah, bagaimana?

Sangat menarik bukan beberapa cerita legenda di atas?

Selain memiliki alur yang bagus dan menarik, cerita legenda di atas juga mengandung amanat pesan moral yang sangat baik untuk perilaku anak-anak.

Semoga artikel ini dapat menjadi referensi untuk mengajarkan perilaku baik pada anak-anak melalui cerita.

Sumber :  posbunda.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *