Pidato Hari Kartini – Bertepatan dengan hari Kartini yang jatuh pada hari ini tanggal 21 April, sudahkah mempersiapkan pidato untuk wanita yang hebat ini? Tenang, berikut di bawah ini ada contoh-contoh pidato hari Kartini yang bisa digunakan. Dalam catatan sejarah bangsa ini, Kartini dikenal sebagai pelopor pertama dalam hal emansipasi wanita yang ada di Indonesia khususnya di tanah Jawa.
Pemikirannya dalam memperjuangkan hak-hak wanita telah menginspirasi bagi generasi wanita setelahnya untuk memperjuangkan hak-haknya agar mendapatkan status sosial yang lebih baik lagi. Sebelum berpidato, mari menyelam dahulu melihat sejarah panjang mengenai lahirnya hari Kartini. Dimana hari Kartini erat sekali hubungannya dengan sosok wanita hebat pejuang hak-hak wanita yang bernama Kartini.
Riwayat Hidup Kartini
Hari Kartini tidak akan pernah dapat dipisahkan dengan Kartini. Sosok wanita yang menjadi alasan lahirnya hari Kartini di Indonesia. Adanya hari Kartini sebagai bentuk rasa cinta dan hormat atas jasa-jasa yang telah dilakukan oleh beliau semasa hidupnya. 141 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 21 April 1897 di Jepara, lahirlah seorang anak perempuan dari keluarga bangsawan jawa, yang bernama Raden Ayu Kartini.
Semasa hidupnya dihabiskan dengan memperjuangkan dan memikirkan hak-hak sosial wanita pribumi pada saat itu. Kartini sadar bahwasannya sesama manusia itu status sosial atau derajatnya itu sama baik laki-laki maupun wanita. Semuanya mendapatkan hak sosial yang sama bukan seperti timbangan yang berat di salah satu sisi saja, melainkan harus benar-benar seimbang.
Sosok Kartini lahir dan besar dari keluarga bangsawan, yang membuat dirinya mendapatkan akses mengenyam dunia pendidikan lebih baik daripada wanita pribumi pada kala itu. Beliau bersekolah di Europese Lagere School (ELS) dari sekolah inilah Kartini belajar dan fasih dalam berbahasa Belanda.
Bersekolah sampai usia 12 tahun, Kartini harus rela dan ikhlas untuk dipingit dan menjalani kehidupannya di rumah saja. Pingit adalah sebuah tradisi yang ada di tanah Jawa, yang dimana ketika seorang wanita akan menikah, maka sebelum jatuh pada waktu pernikahan, wanita tersebut tidak boleh keluar rumah sampai batas waktu yang telah ditentukan.
Tradisi-tradisi seperti inilah yang ditentang oleh Kartini, bahwasannya tradisi yang ada di tanah Jawa pada kala itu menghambat kemajuan para wanita yang ada di pribumi, itulah pendapat Kartini. Berangkat dari hal inilah, lahirlah tulisan-tulisan hebat yang didalamnya tertuang jelas pemikiran-pemikiran merdeka dari Kartini.
Dalam masa pingit, Kartini menghabiskan waktunya untuk membaca surat-surat kabar yang diterbitkan oleh Belanda yang didalamnya juga memuat berita wanita-wanita di Eropa. Beliau kagum dengan pemikiran wanita yang ada di Eropa, sekaligus miris jika melihat keadaan wanita-wanita pribumi.
Berbekal fasih dalam berbahasa Belanda, Kartini mulai menulis dan bertukar surat kepada teman-teman wanita Belanda yang dia kenal salah satunya bernama Abendanon. Melalui surat-surat itulah pemikiran merdeka Kartini akan kaum wanita pribumi dituangkan dan dibaca oleh Abendanon, yang sangat kagum dan setuju dengan pemikiran-pemikiran Kartini.
Baca Juga: Pidato Hari Guru
Emansipasi Wanita Oleh Kartini
Semakin dewasa usia Kartini, semakin matang juga pola pikirnya. Dia sadar, untuk mengubah status sosial wanita pribumi, hal pertama yang harus dilakukan adalah mendidik wanita pribumi dengan baik. Dengan didikan yang baik akan melahirkan pemikiran dan kesadaran akan pentingnya kesetaraan sosial di antara wanita dan laki-laki.
Untuk mewujudkan hal itu, Kartini mendirikan sebuah sekolah di Jepara pada tahun 1903. Dimana sekolah tersebut dibangun dengan tujuan yang khusus, yaitu untuk mendidik para wanita pribumi yang ada di tanah Jawa. Usia Kartini dalam memperjuangkan hak-hak sosial wanita tidaklah lama, di usianya yang ke-25 tahun tepatnya di bulan September 1904, Kartini meninggal dunia selepas melahirkan anak pertamanya.
Walaupun usianya telah habis ditelan oleh waktu, tapi buah dari pemikiran-pemikiran merdekanya telah menginspirasi kaum-kaum wanita setelahnya. Untuk lebih lebih sadar dan berani dalam memperjuangkan hak-hak sosial kaum wanita yang semuanya dapat dirasakan sampai sekarang ini. Kartini adalah pelopor pertama dalam perjuangan emansipasi wanita yang ada di Indonesia. Semangatnya tetap hidup hingga sekarang ini dan sampai seterusnya.
Kisah-kisahnya akan terus diceritakan kepada para generasi-generasi penerusnya agar selalu senantiasa memperjuangkan hak-hak yang melekat pada wanita. Berkat pemikiran-pemikiran hebatnya tersebut, Presiden Ir. Soekarno menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Nasional yang dikenal sebagai Hari Kartini. Tidak hanya itu juga, Kartini juga diangkat sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Ir. Soekarno.
Baca Juga: Pidato Tentang Kesehatan
Contoh-Contoh Pidato untuk Hari Kartini
Setiap perayaan hari Kartini, biasanya diadakan upacara bendera di lingkungan sekolah untuk menghormati jasa-jasanya. Tidak hanya itu, bisa juga diadakan lomba antar kelas seperti berpidato, membaca puisi, ataupun karya sastra lainnya yang berhubungan dengan Kartini. Berikut inspirasi yang bisa digunakan:
1. Pidato Hari Kartini Menginspirasi
Sosok Kartini memang sangatlah menginspirasi. Untuk turut dan terus mengingat sosok Kartini dan bagaimana perjuangannya, mungkin bisa dituangkan dengan naskah pidato. Di bawah ini ada contoh pidato pertama untuk memperingati hari Kartini yang bisa digunakan:
Assalamu’alaikum wr. wb.
Yang saya hormati,
Bapak dan Ibu Guru yang ada di Sekolah,
Dan teman-teman yang saya cintai semuanya.
Pertama-tama, mari kita panjatkan puji syukur akan kehadiran Allah swt yang memberikan karunianya kepada kita semua sehingga bisa berkumpul pada kesempatan ini. Pada hari ini izinkan saya untuk membacakan sebuah karangan pidato untuk mengisi perayaan hari Kartini yang jatuh pada hari ini.
Habis gelap terbitlah terang, kalimat istimewa yang tidak bisa kita lepaskan dari Raden Ayu Kartini. Sosok wanita hebat pejuang kemerdekaan bagi kaum wanita yang ada di Indonesia. Dulu, semuanya berpikir bahwasannya wanita lahir itu hanya untuk direndahkan dan hanya sebagai pemuas nafsu belaka bagi para kaum laki-laki.
Namun, pemikiran itu runtuh dan dilawan sungguh-sungguh oleh wanita yang lahir di Jepara ini. Bahwasannya, sebagai manusia, baik itu laki-laki maupun wanita semuanya memiliki derajat maupun status sosial yang sama. Tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah, semuanya sama, semuanya seimbang, semuanya sama-sama membutuhkan. Laki-laki butuh wanita, sedangkan wanita juga butuh laki-laki. Jadi, kenapa harus ada perbedaan status sosial?
Itulah, inti merah pemikiran merdeka dari sosok wanita yang suka berpakaian batik ini. Beliau yang sungguh peduli akan nasib para wanita pribumi yang pada kala itu status sosialnya sangat rendah sekali. Hadirnya yang kerap sekali disepelekan yang hanya dijadikan sebagai obyek pemuas laki-laki semata.
Benih-benih itu muncul, ketika wanita Jepara ini mulai menulis dari selembar surat hingga puluhan surat yang ditulisnya, semata-mata untuk menuangkan keluh kesahnya akan nasib wanita pribumi. Dimana surat-surat itu akan selalu dikenang sepanjang masa oleh para penerusnya.
Habis gelap terbitlah terang memang benar adanya, hasil buah pemikiran-pemikiran Kartini dimasa gelap tersampaikan kepada para generasi-generasi dimasa yang benderang ini. Perjuangannya mampu menginspirasi banyak kaum wanita pribumi, sehingga manfaatnya dapat dirasakan bersama-sama sampai hari ini.
Sekian pidato yang bisa saya bawakan pada kesempatan perayaan hari Kartini ini, jika ada kesalahan kata maupun kesalahan yang saya buat. Mohon untuk dimaafkan, terima kasih atas kesempatan dan waktunya.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
2. Contoh Pidato Hari Kartini Penuh Makna
Tak hanya menginspirasi, naskah pidato juga seharusnya memiliki makna yang mendalam untuk yang mendengarnya. Keberhasilan pesan moral dari suatu pidato dinilai dari seberapa dalam maknanya. Contoh pidato kedua yang bisa digunakan untuk memperingati hari Kartini bisa dilihat di bawah ini:
Assalamu’alaikum wr. wb.
Yang saya hormati,
Bapak dan Ibu Guru yang ada di Sekolah,
Dan teman-teman yang saya cintai.
Selamat pagi saya ucapkan kepada kalian semua yang hadir pada acara hari ini. Pertama-tama mari kita berdoa dan panjatkan puji syukur akan kehadiran Allah swt, yang di mana atas berkah dan limpahan rahmatnya kita dapat bertemu pada kesempatan ini untuk memperingati hari lahirnya wanita hebat yang bernama Raden Ayu Kartini.
Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia, penggalan lirik lagu buatan W.R. Soepratman tidaklah dibuat asal-asalan, syair tersebut memiliki makna yang dalam untuk menggambarkan sosok putri Indonesia ini. Namanya Raden Ayu Kartini, kita mengenalnya sebagai Ibu Kartini.
Lahir pada tanggal 21 April 1897 siapa sangka wanita ini akan menjadi ibu bagi kaum wanita yang ada di Indonesia. Rasa cintanya yang begitu dalam untuk bangsa ini khususnya bagi para wanita yang kasihnya dapat dirasakan sepanjang masa.
Kepeduliannya akan nasib wanita di Indonesia tidaklah main-main, banyak sekali hal-hal luar biasa yang diwariskan oleh Kartini kepada generasi penerusnya, salah satunya pemikiran-pemikiran merdekanya. Dimana pemikirannya semuanya berisi mengenai para kaum wanita, bagaimana kaum wanita seharusnya diperlakukan dan bagaimana status sosial yang baik bagi wanita.
Semuanya dipikirkan dengan sungguh-sungguh oleh Kartini tanpa terlewat sedikitpun. Cita-citanya sungguh mulia untuk kemajuan para wanita di Indonesia, yang pada waktu itu hak-hak kaum wanita masih kerap direndahkan bahkan juga sampai dilupakan.
Berangkat dari hal-hal itulah, Kartini menghabiskan hidupnya untuk menyuarakan hak-hak wanita agar menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Benar saja, buah dari hasil pemikiran-pemikiran Kartini dijadikan sebagai landasan bagi kaum wanita setelahnya untuk bersama-sama bersatu meraih tujuan yang sama, yaitu mewujudkan kesetaraan sosial bagi kaum wanita.
Buah-buah dari pemikirannya tersebut sebagai roda penggerak semangat bagi para kaum wanita untuk memperjuangkan hak-haknya agar menjadi lebih adil. Mereka hanya ingin setara dengan kaum laki-laki, tidak kurang dan tidak lebih.
Bahwasannya wanita ada untuk dihargai dan dicintai, bukan hanya ada untuk dimanfaatkan saja kehadirannya yang jika sudah tidak diperlukan lagi, maka dibuang sudah. Buah dari perjuangan Kartini bisa dirasakan hingga saat ini dan semoga akan tetap terjaga sepanjang masa.
Kisahnya yang tetap abadi diceritakan dari mulut ke mulut dari waktu ke waktu, sehingga pemikiran-pemikiran hebatnya akan tetap utuh walaupun raganya sudah tak lagi utuh ditelan bumi. Itulah Kartini, ibu bagi seluruh wanita Indonesia.
Sekian dari pidato tentang hari Kartini yang bisa saya bacakan. Jika ada kesalahan kata yang terucap, saya meminta maaf sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Raden Ayu Kartini tidak akan pernah dilupakan oleh bangsa Indonesia. Dia akan tetap diperkenalkan dan diceritakan kisah-kisah hebat yang dilakukan semasa hidupnya yang akan menginspirasi generasi-generasi penerusnya. Untuk tetap mau berusaha memperjuangkan hak-haknya khususnya bagi kaum wanita.
Selama masih ada kaum wanita, maka Kartini akan tetap hidup melalui pemikiran-pemikiran dan rasa semangatnya. Yang akan hidup abadi sepanjang waktu, melekat dan berjalan bersama para wanita di Indonesia. Itulah, pidato hari Kartini yang bisa dibaca pada artikel ini, semoga bermanfaat.
RA.Kartini bukannya RADEN AJENG KARTINI YA
Betul kak sinta, singkatan dari RA. (Raden Ajeng) Kartini
Nama aslinya Raden Ajeng Kartini, tapi setelah menikah menjadi Raden Ayu Kartini.
Gelar Raden Ayu adalah gelar untuk bangsawan perempuan yang sudah menikah.