16 Upacara Adat Jawa Tengah – Makna Dibalik Sebenarnya

Upacara Adat Jawa Tengah – Indonesia sebagai Negara kepulauan dengan banyak kebudayaan yang di miliki masyarakatnya tentu menyimpan banyak historis dan juga makna di dalamnya.

Tidak hanya sebagai pertunjukan, bahkan beberapa jenis kebudayaan diturunkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta.

upacara adat jawa tengah

Kebudayaan di Indonesia beraneka jenis seperti tarian, makanan, nyanyian, alat tradisional, pakaian hingga upacara adat.

Upacara adat merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang masih di lestarikan dan menjadi kekayaan budaya bangsa Indonesia.

Selain sebagai kegiatan tahunan upacara adat juga dapat mempererat kerukunan antar sesama penduduk.

Upacara adat umumnya dilakukan gotong-royong dan tidaklah dibuat sembarangan karena didapat dari nenek moyang serta memiliki banyak makna serta hal unik lainnya yang dipercayai.

Secara pemaknaan upacara adat adalah kegiatan ritual yang di lakukan secara bersama-sama oleh suatu suku.

Tiap-tiap daerah tentu memiliki kebudayaan yang berbeda-beda termasuk juga Jawa Tengah apalagi mengingat bahwa suku jawa memiliki populasi yang tidak sedikit di Indonesia.

Sebagai suatu daerah permukiman suku jawa kira-kira upacara adat apa saja ya yang ada di Jawa Tengah? Mari simak uraian berikut!

1. Upacara Kenduren (Selametan)

Upacara ini ada sejak belum masuknya agama islam di Jawa.

Pada zaman dahulu upacara adat ini menggunakan makanan sebagai sesaji persembahan.

Namun, saat ini karena sudah masuknya agama di Jawa, makanan pada saat upacara di makan secara bersama-sama saat upacara adat telah selesai.

2. Upacara Sadran (Nyadran)

Upacara adat ini pada mulanya merupakan bentuk tradisi hindu-budha.

Namun, sejak masuknya agama islam yang dibawakan oleh wali songo upacara sadran dijadikan sebagai upacara penyambutan bulan ramadhan dimana bacaan-bacaan pada upacara menggunakan ayat-ayat suci al-quran.

Perubahan tersebut di terima masyarakat jawa dengan seiring berjalannya waktu.

3. Upacara Selikuran

Selikur dalam bahasa Jawa memiliki arti spesial.

Upacara ini dilaksanakan pada malam ke-21 Ramadhan (Lailatul Qadar) dengan membacakan doa yang dibawakan oleh seorang pemuka agama.

4. Upacara Maulid Nabi (Muludan)

Upacara adat ini di beruntukkan sebagai bentuk peringatan hari lahirnya nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Pada kegiatan upacara adat ini biasanya berupa pengajian, tausiah dan penyampaian nasihat-nasihat oleh pemuka agama.

Secara umum upacara adat ini diadakan selama 12 hari berturut-turut.

5. Upacara Wetonan (Wedalan)

Wetonan dalam bahasa Jawa di artikan sebagai keluar sehingga tidak heran jika upacara adat ini diadakan untuk mendoakan kelahiran seseorang agar panjang umur dan terhindar dari marabahaya di masa mendatang.

Dalam upacara adat ini di sediakan kluban yang merupakan makanan simbol rasa syukur.

6. Upacara Mendak Kematian

Upacara adat ini diadakan untuk memperingati setahun kematian seseorang.

Upacara ini berasal dari tradisi hindu-budha yang kemudian mengalami perubahan dalam pelaksanaannya setelah masuknya agama islam yang dibawakan oleh wali songo.

  Tari Tradisional Aceh yang Terkenal hingga Mendekati Punah

7. Upacara Nyewu (1000)

Upacara adat ini adalah membacakan doa, tahlil dan yasin yang dilaksanakan secara beramai-ramai setelah 1000 hari meninggalnya seseorang.

8. Upacara Kematian

Kematian merupakan hal yang mampu membuat sedih para saudara serta orang-orang yang di tinggalkan.

Namun, sebagai umat beragama kita harus mempercayai bahwa segala yang bernyawa pasti akan menumui kematian.

Upacara adat kematian dilaksanakan sebagai rangkaian kegiatan adat sebelum jasad dimakamkan (pemakaman).

9. Upacara Pernikahan

Selain kelahiran dan kematian di Jawa Tengah juga terdapat upacara pernikahan.

Upacara ini dilakukan sebelum dan sesudah pernikahan dengan diisi kegiatan bayar tukon, tukar cincin, meletakkan ayam selama proses pernikahan, sungkeman hingga temu pengantin.

10. Upacara Ruwatan

Upacara adat ini sangat khas dengan masyarakat Dieng sebab masih terdapat keyakinan bahwa anak-anak yang terlahir dengan rambut gimbal di anggap sebagai keturunan buto ijo atau raksasa.

Dari alasan tersebut maka para masyarakat melakukan kegiatan ruwatan agar sang anak terhindar dari bahaya.

Upacara adat ini juga ditujukan sebagai bentuk pembebasan dan penyucian manusia dari dosa.
Namun, uniknya anak-anak di sana umumnya memiliki rambut gimbal.

11. Upacara Kebo-Keboan

Mata pencaharian masyarakat Jawa yang sebagian besar dengan cara bertani menjadi asal-usul dari upacara adat kebo-keboan ini.

Sekitar 30 orang dibuat menyerupai kerbau yang sedang membajak sawah untuk diarak keliling kampung sebagai penolak bala untuk hasil tani para petani desa.

12. Upacara Larung Sesaji

Berbeda dengan masyarakat bertani, masyarakat yang tinggal di laut juga memiliki upacara adat sendiri yaitu upacara larung sesaji.

Upacara adat ini di laksanakan pada 1 muharram dengan menghanyutkan bahan pangan dan hewan sembelian ke laut sebagai bentuk syukur atas hasil tangkap yang melimpah dan doa harapan keselamatan.

13. Upacara Ngapati

Upacara adat ini diadakan dengan membacakan doa untuk wanita hamil yang telah mencapai 4 bulan usia kandungan.

Hal tersebut karena di percayai bahwa janin diberi nyawa pada usia 4 bulan sehingga perlu diadakan upacara untuk mendoakannya agar terhindar dari bahaya dan menjadi orang yang seperti bagaimana diharapkan.

14. Upacara Tawuran Sego

Upacara ini dilaksanakan pada setiap hari besar kalender Jawa dan sebagai ungkapan syukur atas hasil tani yang melimpah.

Masyarakat menyusun bungkusan nasi beserta lauk-pauknya hingga membentuk 7 gunung lalu diputari sambil membaca doa lalu dilempar sesama masyarakat setempat.

15. Upacara Sekaten

Upacara ini digunakan sunan Bonang sebagai media penyebar agama islam.

Sakaten berasal dari syahadatain yang dibacakan sebagai selingan pemukulan gamelan milik kraton.

Dalam upacara ini juga terdapat keyakinan bahwa yang memakan makanan yang terdapat pada 2 gunungan yang telah didoakan para pemuka agama akan mendapatan keberkahan.

  16 Tari Tradisional Suku Betawi yang Menyimpan Kisah Sejarah

16. Upacara Tedak Siten (Turun Tanah)

Upacara ini sebagai ungkapan rasa syukur orang tua atas anaknya yang sudah bisa berjalan.
Sang anak akan diletakkan di dalam sangkar ayam.

Dari ke-16 upacara adat Jawa Tengah mana menurut kamu yang paling unik? Sebagai bentuk kebudayaan tentu upacara adat menjadi aset yang harus dijaga dan dilestarikan.

Tidak hanya sebagai kekayaan budaya serangkaian upacara adat juga memiliki pesan moral yang bernilai kebaikan.

Indonesia memang terkenal sebagai negeri dengan sejuta pesona alam hingga keanekaragaman budayanya.

Namun, hal tersebut tidak akan bertahan jika kita sebagai generasi penerus bangsa enggan untuk mempelajari dan menjaga kelestarian budaya bangsa kita.

Beragam hal unik baik dalam pelaksanaan, atribut hingga makna dalam setiap kebudayaan menjadi daya tarik dan perjalanan historisnya tersendiri sehingga sangat perlu untuk memberikan toleransi yang menghargai keanekaragam perbedaan yang ada guna persatuan bangsa.

Nah, untuk lebih mengetahui keunikan upacara adat di Jawa Tengah silahkan berkunjung ke Jawa Tengah pada waktu-waktu yang memungkinkan masyarakat setempat sedang melaksanakan upacara adat.

One Reply to “16 Upacara Adat Jawa Tengah – Makna Dibalik Sebenarnya”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *