Tarian Kalimantan Barat – Belakangan ini, begitu banyak stasiun TV swasta yang menampilkan tentang tarian daerah pada beberapa acara festival kebudayaan daerah maupun saat perayaan ulang tahun suatu kota.
Tidak hanya itu, bahkan dalam beberapa ajang kecantikan, kemampuan membawakan tarian tradisional dijadikan sebagai keunggulan dan akan mendapat poin lebih bagi peserta ajang tersebut.
Tarian tradisional, merupakan salah satu kebudayaan yang harus kita jaga kelestariannya.
Selain menarik minat wisatawan, tarian tradisional juga berisi tentang kisah yang ingin disampaikan oleh leluhur kita serta memiliki kemampuan magis tersendiri.
Terlepas dari kisah magis yang dimiliki suatu tarian, tarian tradisional juga dapat dijadikan sebagai media penyampai nasihat yang dapat diwariskan turun temurun.
Tarian Kalimantan Barat Beserta Penjelasannya (LENGKAP)
Berlibur di suatu provinsi yang ada di Indonesia ketika sedang mengadakan festival kebudayaan, mata kita akan dimanjakan oleh banyak tarian khas provinsi yang kita kunjngi tersebut.
Hal itu berlaku juga untuk kamu yang sedang berkunjung ke provinsi KalBar (Kalimantan Barat), akan ada banyak tarian tradisional yang siap memanjakan mata sehingga kamu akan terkagum-kagum dengan kesenian yang satu ini.
Provinsi yang beribu kota kota Pontianak ini, memiliki banyak jenis tarian tradisional yang memiliki ciri khas masing-masing dalam pementasannya.
Lalu, apa saja tarian yang dapat kamu nikmati saat berkunjung ke Kalimantan Barat?
Tari Pedang Mualang
Sama seperti namanya, dalam menampilkan gerakan tariannya tari pedang mualang menggunakan properti pedang serta gerakan tarian didominasi oleh gerakan-gerakan atraktif seolah-olah sedang berperang.
Dahulu, tarian ini digunakan oleh para ksatria yang hendak pergi berperang guna membangkitkan rasa percaya diri serta sebagai bentuk persiapan latihan sebelum berperang sungguhan.
Namun, pada saat ini tari pedang mualang sering digunakan sebagai pengisi hiburan pada acara perta pernikahan, pesta panen padi dan bentuk perayaan lainnya.
Dalam pementasannya, tarian ini diiringi oleh tebah undup banyur atau dapat juga diiringi dengan tebah undup biasa.
Tari Kondan
Tarian tradisional ini sulit diketahui maknanya, sebab beberapa gerakan pada tari kondan memiliki cerita tersendiri dan tidak semua pementasan menampilkan gerakan tarian secara utuh yang sama.
Karena makna gerakan tarian yang sulit dipahami dan tidak selalu sama dalam pementasannya, tari kondan ini disebut sebagai tarian yang mengandung misteri.
Hal tersebut terjadi karena pergeseran fungsi dari tari kondan sendiri dimana dahulu tarian ini digunakan sebagai ungkapan syukur dan kegembiraan atas hasil panen yang melimpah.
Sehingga para penari saling menari dan berbalas pantun, tapi saat ini tarian ini tidak lagi digunakan sebagai mana fungsinya melainkan sebagai sarana pertunjukan tradisional saja.
Namun, demikian tarian ini tetap digunakan untuk pengisi hiburan pada acara pernikahan dan upacara adat.
Tari Pingan (Pinggan)
Tarian tradisional ini merupakan tarian asli suku dayak, sehingga jika diartikan dalam bahasa dayak mualang maka pinggan adalah piring yang terbuat dari tanah liat.
Dalam tarian ini, gerakannya lebih mengarah kepada gerakan-gerakan silat tradisional serta menggunakan piring sebagai properti saat menari.
Tari pinggan dibedakan menjadi tari pinggan laki dan tari pinggan indu’.
Dimana pada tari pinggan laki memiliki beberapa kesulitan tersendiri jikan dibandingkan dengan tari pinggan indu’.
Dahulu tari pinggan digunakan sebagai ritual kelulusan bela diri masyarakat suku dayak mualang.
Namun, kini tarian tradisional ini sering dipentaskan saat pesta panen padi dan pesta pernikahan suku dayak.
Tari Monong (Manang atau Balian)
Tarian ini memiliki keunikan dibandingkan tari tradisional sebelumnya, dimana gerakan tari monong diibaratkan seperti seorang dukun yang sedang mengobati orang yang sedang sakit serta tidak lupa membacakan jampi-jampi.
Tidak hanya dilakukan oleh dukun bahkan keluarga penderita penyakit tersebut juga ikut melakukan gerakan yang dipimpin sang dukun.
Dahulu, tarian ini dipercaya sebagai bentuk permohonan kesembuhan, pengusir roh jahat atau sebagai penangkal penyakit.
Namun, pada saat ini seiring kemajuan dalam dunia kesehatan tarian ini sudah jarang digunakan sebagai usaha penyembuhan.
Tari Kinyah Uut Danum
Seperti namanya, tari ini merupakan tarian khas suku dayak uut danum.
Dalam gerakannya, tarian ini terlihat seperti gerakan bela diri dalam berperang.
Dahulu tari ini digunakan sebagai bentuk latihan kesiapan fisik para pria yang akan diutus berburu kehutan untuk memburu kepala musuh.
Jadi sebenarnya tari ini bertujuan untuk persiapan fisik, keberanian serta pemberi semangat kepada pria yang hendak berburu tersebut.
Hal tersebut didasari oleh banyaknya jenis suku dayak sehingga menimbulkan perpecahan sesama suku dayak itu sendiri.
Selain gerakannya yang menyerupai gerakan bela diri, dalam menampilkan tari kinyah uut danum ini penarinya dilengkapi dengan tameng, baju adat, dan Mandau.
Tari Jonggan
Tari jonggan merupakan tarian khas suku dayak kanayan, sehingga bila diartikan dalam bahasa dayak jonggan adalah menari.
Dalam gerakan tariannya, tari jonggan melambangkan suka cita dan kebahagiaan masyarakat suku dayak kanayan.
Tari jonggan sering dipentaskan saat upacara adat sebab dipercaya mampu sebagai ajang pencarian jodoh serta dapat digunakan sebagai media pembelajaran keharmonisan pada masyarakat suku dayak kanayan.
Tari Bopureh
Walau penggunaannya sebagai hiburan, tari bopureh ini memiliki riwayat sejarah yang tragis dan menyedihkan.
Dalam bahasa tradisional suku dayak, bopureh berarti silsilah.
Konon, gerakan pada tari bopureh dipercaya sebagai gambaran cerita kisah cinta yang tidak direstui hukum adat sehingga memisahkan seorang pemuda suku dayak jangkang dengan seorang gadis suku dayak kanayan.
Hukum adat tersebut mengharuskan masing-masing jenis suku dayak menikah dengan sasama jenis sukunya dan dilarang menikah dengan suku dayak yang berbeda jenis.
Dalam mementaskan tari bopureh, dilakukan oleh 10 orang penari dimana 2 orang penari berperan sebagai pasangan kekasih dan 8 penari lainnya sebagai penari pelengkap.
Selain itu, para penari juga menggunakan pakaian adat Kalimantan Barat yang telah dimodifikasi sedemikian rupa dan penari pria akan dilengkapi mahkota burung tingang.
Tari Zapin (Jepin)
Tari ini berasal dari sentuhan kebudayaan masyarakat melayu yang tinggal di Kalimantan Barat.
Tari ini memiliki pesan agama dan pendidikan yang kental dalam gerakan tariannya.
Selain itu, ada aturan yang berlaku pada tari tradisional ini dimana gerakan pada tarian tidak boleh diubah walau telah berganti zaman.
Dahulu, tari zapin digunakan sebagai media dakwah penyebaran ajaran agama islam di Kalimantan Barat.
Tari Ajat Temui Datai
Tari ajat temui datai ini merupakan tarian asli suku dayak iban.
Sehingga jika diartikan kedalam bahasa daerah suku dayak iban maka aja temui datai adalah ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta atas kedatangan para tamu di Kalimantan Barat.
Sesuai dengan makna namanya, tari tradisional ini sering dipentaskan saat acara penyambutan tamu baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara atau bahkan tamu-tamu yang datang untuk kepentingan politik dan pembangunan daerah di Kalimantan itu sendiri.
Tari Ayun Pala
Tari ayun pala merupakan tari tradisional suku dayak mualang, tari ini bercerita tentang seorang ksatria yang berhasil pulang berburu dengan membawa kepala musuh.
Kepala musuh yang telah dibawa tersebut kemudian diberikan kepada penari wanita dan dianggap sebagai lambang kemenangan.
Tari Menoreh Getah
Sesuai dengan namanya, tarian ini menceritakan tentang kehidupan masyarakat Kalimantan Barat yang bermata pencaharian dengan cara menorah getah karet.
Sebuah tarian tradisional memang begitu menarik dan menyimpan keunikannya tersendiri.
Namun, hal tersebut akan hilang jika tidak dilestarikan dan dibiarkan begitu saja.
Tarian tradisional di Indonesia sudah banyak yang kehilangan eksistensinya karena tergeser perkembangan zaman.
Banyak tarian tradisional yang sudah termodifikasi gerakannya sehingga kehilangan gerakan aslinya.
Sebagai generasi penerus bangsa, apa yang ingin kita lakukan?
Apakah cukup jika sekedar menjadi penikmat dari pertunjukan tradisional tersebut?