11 Alat Musik Khas Papua yang Mengalami Perubahan Fungsi

Alat Musik Papua – Papua merupakan sebuah pulau Indonesia paling timur dan berbatasan langsung dengan Negara Papua Nugini.

Papua memiliki banyak suku, bahkan hingga mencapai 25 suku.

alat musik papua

Wilayah ini terkenal alat musik bernama Tifa, namun dengan 25 suku yang mendiaminya tidak mungkin jika hanya tifa yang menjadi alat musik tradisional.

Artikel ini akan membahas dan menjelaskan apa saja alat musik yang terdapat di Papua melalui uraian berikut!

1. Pikon

Nama pikon berasal dari kata “pikonane” yang bila diartikan kedalam bahasa Indonesia berarti bunyi.

Alat musik ini umumnya dimainkan oleh kaum laki-laki suku Dani.

Dalam penggunaannya, pikon dimainkan saat waktu senggang untuk menghibur diri sendiri selepas bekerja dan saat berkumpul di rumah honai.

2. Yi

Yi terbuat dari kayu dan bambu, serta memiliki bentuk seperti suling yang gempal dan berwarna cokelat gelap.

Alat musik ini biasanya digunakan untuk memanggil seluruh penduduk dan juga untuk mengiringi tarian tradisional Papua Barat.

3. Triton

Alat musik ini dimainkan dengan cara ditiup dan tidak dibuat, tetapi ditemukan di pesisir pantai Papua.

Pada masa lampau, triton digunakan menjadi media komunikasi atau memanggil bantuan pada masyarakat pesisir.

Namun, pada masa sekarang triton lebih digunakan untuk hiburan adat oleh masyarakat Papua Barat.

4. Fuu

Fuu merupakan alat musik yang terbuat dari kayu dan bambu, serta memiliki bentuk yang mirip dengan suling yang agak gempal menyerupai tabung.

Alat musik ini digunakan untuk memanggil penduduk suku tertentu maupun untuk mengiringi tarian tradisional suku Asmat.

5. Kecapi Mulut

Alat musik tradisional ini dibuat dari bambu wulu, dan dimainkan dengan cara ditiup setelah dijepit pada bibir lalu ditarik talinya agar menghasilkan bunyi.

Kecapi mulut tidak menghasilkan bunyi yang kuat sehingga hanya digunakan untuk menghibur diri sendiri.

6. Tifa

Alat musik tradisional Papua yang sangat terkenal ini, terbuat dari batang kayu dan diberi kulit rusa dengan bentuk menyerupai gendang dan dimainkan dengan cara dipukul.

Dahulu, tifa digunakan sebagai penyemangat saat perang, tetapi saat ini tifa digunakan untuk mengiringi nyanyian dan untuk mengiringi dansa.

7. Paar dan Kee

Dua alat musik ini merupakan alat yang tidak dapat dipisahkan dimana paar terbuat dari labu, sedangkan kee terbuat dari burung Kasuari.

Alat musik ini digunakan saat berlangsungnya pesta adat dan dimainkan dengan cara dipakai seperti pakaian lalu pemainnya melompat-lompat agar paar dan kee bersentuhan dan menghasilkan bunyi.

8. Krombi

Krombi terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan kayu kecil.

Krombi digunakan suku Tehit untuk mengiringi tarian tradisional maupun mengiringi sebuah pesta adat.

9. Butshake

Alat musik ini memiliki bahan pembuatan yang unik yaitu dari bambu dan buah kenari.

Butshake dimainan dengan cara diayunkan atau dikocok dengan tangan agar menghasilkan bunyi dan biasa digunakan untuk mengiringi tarian tradisional khas Papua.

10. Amyen

Alat musik ini terbuat dari kayu putih dan memiliki bentuk seperti seruling, serta dapat dimainkan dengan cara ditiup.

Dahulu, amyen digunakan untuk memanggil dan sebagai pertanda tenjadinya sebuah perang, tetapi pada saat ini amyen digunakan untuk mengiringi tarian tradisional Papua.

11. Atowo

Alat musik ini berbentuk bulat panjang dan ringan.

Atowo dimainkan dengan 2 tangan dimana satu tangan memegangi badannya dan tangan lainnya menabu atowo dengan pukulan tertentu untuk menghasilkan suatu irama.

Nah, Itulah beberapa alat musik tradisional yang dimiliki oleh Papua.

Begitu menyimpan banyak keunikan baik dari bahan pembuatan hingga cara memainkannya yang tidak hanya ditiup atau dipukul.

Selain perubahan fungsi yang mulanya digunakan sebagai pertanda perang hingga sebagai media berkomunikasi, kini penggunaannya lebih mengarah pada hal hiburan seperti mengiringi nyanyian, tarian tradisional, upacara adat hingga sebagai pengiring dansa.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan zaman turut membawa perubahan pada kebudayaan sehingga kita harus melestarikan kebudayaan yang diwariskan agar tetap dapat dinikmati oleh anak cucu kita nantinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *