Rumah Adat Nusa Tenggara Barat – Sama seperti provinsi lainnya yang ada di Indonesia, provinsi NTB (Nusa Tenggara Barat) juga memiliki beberapa rumah adat dengan keunikan tersendiri baik dalam struktur bangunan, alat pembuatnya, hingga kegunaan yang berbeda-beda pada setiap bagian rumah.
Keunikan-keunikan yang dimiliki rumah adat dari provinsi Nusa Tenggara Barat ini akan disajikan secara lengkap dalam ulasan berikut.
Rumah Adat Dalam Loka
Rumah adat yang pertama akan kita bahas yaitu rumah adat Dalam Loka, dimana bangunannya memiliki bentuk yang menyerupai rumah-rumah para raja di masa lalu.
Jika diartikan dari namanya “dalam loka”, 2 kata tersebut memiliki makna yaitu istana dunia.
Hal tersebut tentu sangat relevan dimana dahulu rumah ini digunakan sebagai rumah raja dan pusat pemerintahan.
Rumah ini memiliki ukuran yang besar hingga di topang dengan 99 tiang yang dimana jumlah tersebut diambil berdasarkan jumlah Asmaul Husna.
Rumah ini terdiri dari Lunyuk Agung (ada di depan) yang berfungsi sebagai tempat pertemuan, musyawarah, atau resepsi, Lunyuk Mas (di sebelah Lunyuk Agung) yang berfungsi sebagai tempat unuk permaisuri dan juga para istri menteri atau staf saat upacara adat berlangsung.
Selanjutnya ada Ruang dalam (ada di Barat dan Utara) yang disekat dengan kelambu dimana pada bagian Barat berfungsi sebagai tempat sholat sedangkan pada bagian Utara berfungsi sebagai tempat tidur permaisuri juga dayang.
Ada juga Ruang dalam (ada di Timur) yang terdiri atas 4 kamar untuk putra atau putri raja yang sudah menikah, Ruang Sidang (di belakang bala rea) yang digunakan sebagai tempat sidang serta tempat tidur dayang.
Selain itu, kamar mandi (ada di luar ruangan induk), Bala Bulo yang digunakan untuk tempat bermain anak raja, dan luar istana yang berisi kebun istana, gapura, rumah jam, dan lonceng istana.
Rumah Adat Istana Sumbawa
Jika ingin melihat rumah adat ini, kamu dapat berkunjung ke kota Sumbawa Besar.
Rumah ini mulai dikembangkan sejak zaman kekuasaan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III yang dahulu digunakan sebagai tempat tinggal raja.
Kini istana Sumbawa dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda berharga atau artefak yang ada di Kabupaten Sumbawa.
Rumah Adat Bale
Rumah adat Bale merupakan rumah adat NTB yang dimiliki oleh suku Sasak (salah satu suku asli masyarakat NTB).
Jika kamu ingin melihat secara langsung bentuk rumah adat Bale, kamu dapat berkunjung ke desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah dan di sana kamu akan melihat penduduknya yang masih menggunakan Bale sebagai tempat tinggalnya.
Tidak sembarangan dalam pembuatannya, masyarakat suku Sasak memiliki aturan tentang waktu pembuatan rumah adat Bale yang apabila dilanggar maka diyakini bahwa penghuni tersebut akan mengalami nasib buruk selama menempati rumah tersebut.
Rumah Adat Bale Lumbung
Rumah adat NTB ini juga merupakan rumah adat suku Sasak.
Bale Lumbung memiliki bentuk panggung dengan bagian ujung atap runcing dan melebar yang mana jarak atap rumah ini sekitar 1,5 hingga 2 meter dari tanah serta berdiameter sekitar 1,5 hingga 3 meter.
Bentuk rumah yang sedemikian rupa memiliki tujuan agar tidak mudah rusak saat terkena banjir dan dapat terhindar dari serangan hama seperti tikus.
Bubungan dan atap rumah terbuat dari jerami atau alang-alang, sedangkan dinding rumah terbuat dari ayaman bambu serta lantai rumah terbuat dari papan yang disangga oleh empat buah tiang dengan pondasi yang terbuat dari batu dan tanah.
Rumah Adat Bale Jajar
Bale Jajar dikenal sebagai hunian untuk suku Sasak yang memiliki pendapatan ekonomi menengah ke atas.
Dalam bentuknya, Bale Jajar memiliki bentuk yang hampir sama dengan Bale Tani, akan tetapi rumah adat ini dilengkapi dengan ruangan yang lebih banyak.
Rumah adat Bale Jajar memiliki dua delam Bale dan Satu Serambi yang disebut Sesangkok yang mana Bale ini juga memiliki sambi yang dapat berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan makanan serta keperluan rumah lainnya.
Pada bagian depan rumah dilengkapi dengan sekepat dan pada bagian belakang rumah dilengkapi sekenam.
Sekepak (Balai Bengong) memiliki bentuk seperti saung panggung tanpa dinding, beratap alang-alang dan ditopang oleh empat tiang bambu serta membentuk segi empat sehingga disebut dengan sekepat.
Lantai sekepak terbuat dari papan kayu atau bilah bambu yang dianyam menggunakan tali pintal (Peppit) dan memiliki tinggi sekitar 40–50 cm dari tanah.
Sekepat biasa digunakan untuk menerima tamu karena di dalam tradisi suku sasak mereka tidak menerima sembarang orang ke dalam rumahnya.
Apabila tuan rumah memiliki anak perempuan (perawan), maka sekepat adalah tempat yang sering digunakan untuk menerima pemuda yang datang meminang (melamar) anak perempuan tersebut.
Selain itu sekepat juga dapat digunakan untuk berkumpul dan beristirahat setelah lelah kerja di sawah bagi pemilik rumah.
Berbeda dengan sekepak, Sekenam justru memiliki enam tiang penyangga dan memiliki bentuk yang sangat sederhana dengan atap dari ilalang dan tidak memiliki dinding.
Rumah adat ini biasanya digunakan sebagai tempat belajar tentang nilai-nilai kebudayaan, tata krama, serta sebagai tempat berkumpul keluarga.
Itulah sedikit penjelasan tentang rumah adat yang ada di Nusa Tenggara Barat sesuai dengan kapasitas pengetahuan kami.
Selain memiliki rumah adat, Nusa Tenggara Barat juga memiliki beberapa bangunan-bangunan tradisional lainnya seperti : Bale Bonder, Bale Beleq Bencingah, Bale Tajuk, Bale Gunung Rate, Bale Balaq, Bale Kodong serta bangunan lainnya yang memiliki fungsi tersendiri di dalamnya.